Langgar Al-Yahya Gandekan, Sisa Kejayaan Tasripin di Pecinan, Semarang
Langgar (Mushola) Al-Yahya, Kampung Gandekan, Semarang |
Langgar Gandekan di Semarang merupakan salah satu bangunan tua bersejarah di Semarang. Lokasinya berada di kampung Gandekan di sekitar jalan MT. Haryono. Langgar atau mushola ini diperkirakan berdiri pada tahun 1815 merupakan salah satu sisa sisa kejayaan Taspirin, tuan tanah yang begitu Berjaya pada masanya dan menguasai banyak sekali daerah di seantero semarang.
Pada masa jayanya, kampung Gandekan ini merupakan salah satu kampung yang dihuni oleh karyawan Taspirin, seperti halnya dengan kampung kampung disekitarnya. Namun kini Kampung Gandekan didiami oleh warga campuran. Hampir setengah penduduk Gandekan sekarang adalah etnis Tionghoa.
Langgar Al-Yahya Gandekan
Jalan Gandekan RT 01/RW 07 No 15.
Jagalan, Semarang Tengah
Kota Semarang, Jawa Tengah 50613
Meski demikian keberadaan sebuah langgar kuno di Gandekan tak berubah. Bahkan sebagian warganya bertekad terus mempertahankan keaslian bangunan tersebut. Berdiri di sudut jalan, langgar ini sudah terbuat dari tembok.
Dari kusen pintu dan jendela lita bisa melihat detail kerentaan langgar yang juga memiliki nama Al Yahya. Tak hanya itu, ornamen-ornamen lainnya pun sengaja dipertahankan oleh pengurus langgar, karena sudah diberi amanah oleh pendahulu-pendahulu yang telah mewakafkannya, sehingga akan tetap mempertahankan keasliannya. Selama ini pengurus langgar Gandekan hanya melakukan pergantian genting dan penambahan porselin pada sebagian tembok.
Langgar Gandekan berukuran sekitar 8 x 40 meter. Kubah langgar ini berbentuk bunga. Di dinding atas ruang imam tampak sebuah kaligrafi yang bertulis Allah dan Muhammad. Sementara itu dikeliling plafon terlukis pula kaligrafi yang bertuliskan "Lailla laillallah Muhammaddarosullah", yang dilukis dengan bahan malam yang biasa untuk membatik.
Lantai mushola ini terbuat dari kayu jati dan juga terdapat sebuah tangga kuno yang mengubungkan ruang utama langgar dengan bagian atas plafon. Kini ruang itu lebih berfungsi sebagai gudang. Banyak orang yang menawarkan bantuan sejumlah uang untuk menggantinya dengan lantai keramik, namun ditolak oleh pengurus langgar untuk menjaga keaslian bangunannya.
Cagar Budaya
Bangunan langgar ini merupakan peninggalan Tasripin dan sudah dijadikan cagar budaya Semarang dan diwakafkan tahun 1997. Tahun 2002 Walikota Sukawi Sutarip pernah berkunjung kesini. Beliau juga berpesan agar langgar ini tidak diubah. Langgar tersebut sempat menerima bantuan dari gubernur Jawa Tengah untuk membangun tempat wudlu dan peneduhnya.
Sebagai bangunan tua tentu saja membutuhkan banyak sekali biaya untuk merawat. Untuk hal tersebut pengurus langgar yang tersebut hanya mengandalkan swadaya masyarakat sekitar.
Aktivitas Langgar Gandekan
Di saat bulan Ramadan, langgar Gandekan selalu penuh dengan pengunjung yang hendak menunaikan shalat. Tak hanya warga Gandekan, namun ada juga yang datang dari Kentangan, Gabahan atau karyawan-karyawan yang bekerja di pertokoan sekitar Jl. MT Haryono.
Ada juga muslim Tionghoa yang sering shalat disini. Kebetulan mereka adalah warga Gandekan. Di bulan suci, setiap sore diadakan pengajian anak-anak. Sedangkan sesaat setelah buka puasa, rutin dilaksanakan shalat tarawih dan dilanjutkan dengan tadarus.***
------------------------------------------------------------------
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------
Referensi
Baca Juga
Comments
Post a Comment