Masjid Agung Darussalam Cilacap

Berdiri kokoh di sisi barat alun alun Cilacap sejak lebih dari dua abad lalu, Masjid Agung Darussalam Cilacap kini tampak lebih mentereng dengan dengan menaranya.

Masjid Agung Darussalam merupakan masjid Agung bagi Kabupaten Cilacap provinsi Jawa Tengah. Masjid ini berdiri megah di sebelah alun alun kota Cilacap, dan kini sudah berumur lebih dari dua abad. Setelah melewati tujuh kali renovasi sejak pertama kali dibangun, kini Masjid Agung Darussalam tampil megah dan mentereng di pusat kota Cilacap. Sebuah bangunan menara ditambahkan di tahun 2003, dan sentuhan moderan ditambahkan kebangunan masjid yang masih mempertahankan bentuk aslinya dan kini telah ditetapkan sebagai masjid cagar budaya bersama lima masjid lainnya di Jawa Tengah.

Masjid Agung Darussalam Cilacap dibangun pada tanggal 29 April 1776 oleh mbah Kyai Kali Husen dan mbah Kyai Kali Ibrahim, keduanya keturunan Sunan Kalijaga. Renovasi pertama dilaksanakan oleh umat Islam se Kabupaten Cilacap pada tahun 1929, sedangkan masjid agung yang lama dipindah dan dibawa oleh penghulu pertama ke Kawunganten, setelah beberapa lama dipindahkan lagi ke Desa Kalijeruk pada tahun 1969.

Masjid Agung Darussalam Cilacap
Jalan Jend. Sudirman No.34 RT.01 RW.01
Kelurahan Sidanegara Kec. Cilacap Tengah
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah 53212



Renovasi dan pembangunan Menara

Di tahun 2003, Masjid Agung Darussalam Cilacap ini dilengkapi dengan sebuah bangunan menara setinggi 40 meter.  Pembangunan menara ini menghabiskan biaya Rp 577 juta, Rp 400 juta di antaranya berasal dari APBD dan sisanya dari para donatur. Peresmian menara tersebut dilaksanakan pada hari Kamis 30 Oktober 2003 oleah Bupati Cilacap saat itu, H Probo Yulastoro,SSos MM.

Upacara peresmian tersebut bertepatan dengan Hari Ke-empat bulan suci Romadhon tahun 2003. Pembangunan menara masjid ini sebagai bagian dari proses renovasi Masjid Agung Darussalam yang menghabiskan anggaran Rp 5 miliar. Pembangunan masjid dan gedung serbaguna Graha Darussalam menghabiskan Rp 4,3 miliar, sedangkan menara Rp 577 juta.

Mengenakan kain sarung merah dengan baju koko warna cokelat muda, pada saat peresmian tersebut Bupati bersama Wakil Bupati H Thohirin Bahri, BA didampingi Pelaksana pembangunan masjid, Samirun, dan perencana pembangunan Drs Soeprihono,SH MM (Kepala Binprasda), meninjau lantai satu menara yang berfungsi sebagai tempat kegiatan takmir masjid. Renovasi tersebut dimulai sejak 1999 merupakan renovasi yang ketujuh, sejak dibangun pada tahun 1819 oleh KH Syeikh Mochammad Saleh.

Arsitektur Masjid Agung Darussalam Cilacap

Masjid Agung Darussalam ini berdiri di atas lahan seluas 3500 meter persegi dengan luas bangunan mencapai 2500 meter persegi. Masjid yang masuk dalam cagar budaya itu tetap mempertahankan empat saka guru, 12 saka rawa, dan 16 saka emper, serta balok-balok penjepit dan atap yang berbentuk joglo.

Interior Masjid Agung Darussalam Cilacap

Mustoko masjid menyerupai bangunan masjid Demak peninggalan Wali Sanga, sedangkan menara mirip arsitektur masjid Nabawi di Madinah. Kapasitas masjid mampu menampung 3.500 jamaah atau dua kali kapasitas bangunan sebelumnya. Menara tersebut terbagi dalam enam lantai dan satu mustaka setinggi delapan meter.

Tempat mengungsi korban Tsunami

Alun-alun dan Masjid Agung Cilacap ini sempat menjadi salah satu tempat penampungan penduduk yang mengungsi sementara akibat terdampak oleh gelombang tsunami yang melanda pantai selatan jawa pada bulan Juli 2006 yang lalu. Sekitar 5000 pengungsi berjejalan di alun-alun dan masjid yang berjarak 2 km dari pantai. Kebanyakan pengungsi berasal dari Kecamatan Cilacap Selatan. Meskipun alun-alun ini berukuran 2 kali lapangan sepakbola, ditambah bangunan masjid dua lantai, tetap saja tampak penuh pengungsi.

Tsunami di Kecamatan Cialacap Selatan tidak separah di Kecamatan Adipala yang menelan 18 korban jiwa. Hal ini disebabkan tsunami tertahan Pulau Nusa Kambangan dan track dam  (pemecah ombak) setinggi 2 meter. Namun track dam tersebut terendam dan airnya meluber. Oleh karena itu warga mengungsi. Tempat pengungsian lainnya adalah daerah perbukitan di Kecamatan JerukLegi dan Bandar Udara Tunggul Wulung. Lokasi ini letaknya di barat laut Cilacap. Para pengungsi yang berada di daerah ini kebanyakan berasal dari Cilacap.

Beranda Masjid Agung Darussalam Cilacap, lengkap dengan nama masjidnya ditulis dengan hurup Arab-Melayu (arab gundul) di sisi atas beranda.

Yayasan Masjid Agung Darussalam Cilacap

Masjid Agung Darussalam Cilacap ini dikelola oleh Yayasan Masjid Agung Darussalam Cilacap yang pengurusnya dikukuhkan oleh Bupati Cilacap untuk masa bakti setiap lima tahun. Kepengurusan yayasan untuk masa Bhakti 2015-2020 dikukuhkan oleh Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji  pada hari Jum’at 3 Juli 2015 di pendopo Wijayakusuma.

kepengurusan Yayasan Masjid Agung Daarussalaam Cilacap terdiri dari, H. Muchsin S,M sebagai Ketua, H. Jasmin Djamhari sebagai Sekretaris dan bendahara dijabat H. Sakiran Wardi.  Sementara Pengawas Yayasan Masjid Agung Daarussalaam terdiri dari Ketua Warsono, SH, M Hum selaku Ketua, dan dua orang anggota yakni Imam Wahyu Jatmiko dan Muhamad Salmin Bisyir.

Upacara tersebut bersamaan dengan pengukuhan dan pelantikan kepengurusan Badan Amil Zakat Nasional/BAZNAS Kabupaten Cilacap periode 2015 – 2020 yang juga berkantor di komplek Masjid Agung Daarussalaam Cilacap. Susunan Kepengurusan Baznas Kabupaten Cilacap yang dikukuhkan terdiri dari, Drs. Sutarjo, MM Sekretaris Daerah, sebagai ketua.

Drs. Mughni Labib, Msi, Kepala Kantor Kementerian Agama Cilacap sebagai Wakil Ketua, Drs. Sadmoko Danardono, Msi, Kepala Bagian Kesra Setda Cilacap, selaku Wakil Ketua, H. Subhan Wahyudi sebagai Sekretaris, Mohamad Nurhidayat sebagai Bendahara. Kepengurusan juga dilengkapi dengan sejumlah bidang seperti bidang pendistribusi dijabat oleh H. Jasmin, bidang pendayagunaan dijabat oleh Sukmaniati, bidang pengumpulan dijabat oleh Wahyu Purnomo.

Referensi



Comments

Popular posts from this blog

Masjid Raya Tanjung Pasir

Masjid Namira Lamongan

Menilik Keindahan Sepuluh Masjid Terapung di Indonesia (Bagian 1)