Masjid Agung Baitur Rahman Ngawi
Masjid Agung Baiturrahman Kabupaten Ngawi. |
Masjid Agung Baiturrahman merupakan masjid agung kabupaten Ngawi yang berada di sisi barat dari alun-alun kota Ngawi. Masjid Agung Ngawi merupakan satu dari masjid agung kabupaten di Indonesia yang masih mempertahankan arsitektur masjid asli Indonesia dalam senibina bangunannya meski bangunan yang kini berdiri dibangun tahun tahun 2010.
Masjid Agung Baiturahman Kabupaten Ngawi pertama kali didirikan oleh Bupati Ngawike enam, Raden Mas Tumenggung Brotodiningrat pada hari Selasa Kliwon tanggal 25 Nopember 1879 M atau tanggal 10 Besar Tahun Be atau tanggal 10 Dzulhijjah 1296 H. Tetapi saat itu masjid belum diberi nama, dan orang-orang menyebut “Masjid Gedhe”. Data-data tersebut bersumber dari prasasti yang terukir dalam tulisan huruf Arab berbahasa Jawa dan Bahasa Arab pada papan kayu jati di atas pintu masuk dari ruang serambi ke ruang induk, menghadap ke timur.
Masjid Agung Baiturrahman Ngawi
Margomulyo, Kec. Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur 63217
Penggunaan nama Baiturrahman baru dikukuhkan pada masa Bupati Soelardjo, dengan Surat Keputusan Nomor 68 Tahun 1988 tanggal 7 April 1988, menetapkan Masjid Agung Kabupaten Ngawi tersebut diberi nama “BAITUR-RAHMAN” yang berarti Rumah yang Penuh Kasih Sayang. Penetapan tersebut dilaksanakan setelah selesainya proses pemugaran besar besaran terhadap masjid tersebut
Selain terukir tulisan-tulisan tersebut, papan prasasti ini sangat mungkin juga dimasudkan sebagai hiasan, melihat gaya simetris yang tertuang dalam pahatan berlubang untuk lafadz “Bismillahirrahmanirrahiim” berupa unggas di kanan dan kiri bagian pinggir yang tentu saja menjadikan tulisannya yang satu terbalik, begitu juga halnya dengan tulisan “Muhammad” pada bagian tengah kanan dan kiri.
Meskipun pintu asalnya semua yang merupakan bagian yang seolah menyatu dengan prasasti ini ikut dipugar, namun untuk pelestarian sejarah, prasasti tersebut tetap dalam ukuran aslinya dikembalikan pada tempatnya, yakni “direkatkan” pada tembok atau di pintu yang baru.
Cahaya senja di Masjid Agung Baiturrahman Ngawi |
Kecuali prasasti yang menyatakan oleh siapa dan kapan masjid didirikan, terdapat pula prasasti yang terukir pada papan tebal kayu jati di atas lengkung gawang masuk ke Mimbar yang juga berukir dan terbuat dari kayu jati. Prasasti yang bertuliskan huruf Arab dan menghadap ke timur ini merupakan ‘pengingatan pembuatan mimbar pada Sabtu Pon tanggal 17 Jumadil awal 1810, bertepatan dengan tanggal 16 April 1881 Masehi atau tanggal 16 Jumadil awal 1298 Hijriah.
Masih pada mimbar ini, di bagian belakang menghadap ke barat di belakang tempat duduk, tertulis prasasti yang terukir dengan huruf Arab berbahasa Jawa yang berarti Pengingatan penyelesaian pembuatan mimbar pada hari Sabtu Pahing tanggal 18 bulan Romadhon tahun Jimakhir 1298 tanggal 12/13 Agustus 1881.
Masih ada lagi satu prasasti pada logam tembaga yang berada di mustaka masjid atau hiasan yang dipasang dpuncak paling tinggi atap masjid. Tulisan yang juga merupakan ukiran dengan huruf Arab dan berbahasa Jawa itu terdapat pada bagian dalam dari Mustaka Tulisan itu bermakna “Pengingatan dinaikannya mustaka hari Jumat Kliwon saat jam 4 sore tanggal 1 Syawal tahun Jimakhir 1298 atau tanggal 26 Agustus 1881. Yang membuat mustaka Kanjeng Brotodiningrat. Urunan dari parandawa (?) 1421 kurang (?) dari 155). Lengkapnya tanggal/bulan dan tahunnya adalah 26 Agustus 1881 Masehi; 30 Romadhon 1298 H; 1 Syawal 1810 tahun Jawa Jimakir”.
Interior Masjid Agung Baiturrahman Ngawi |
Renovasi Masjid Agung Baiturrahman Ngawi
Masjid Agung Kabupaten Ngawi, telah mengalami beberapa kali perbaikan dan pemugaran antara lain: Tahun 1924, penggantian atap sirap bangunan induk dengan seng oleh Bupati Ngawi ke 10. Kemudian pembangunan serambi dan gapura dilaksanakan tahun 1977 oleh Bupati Soewojo
.
Tahun 1981Bupati Panoedjoe menambahkan ruang Jamaah wanita (pawastren) sekarang digunakan untuk ruang perpustakaan dan tempat wudhu wanita, dan pemasangan karpet hijau direkatkan pada tegel asli di ruang induk dan sebagian di ruang serambi tanpa dilem (tanpa direkatkan).
Pemugaran besar besaran dilakukan pada tahun 1986, oleh Bupati Soelardjo, dimulai pada hari Jumat Legi tanggal 18 Juli 1986 M atau tanggal 11 Dzulqa’dah 1406 H atau tanggal 11 Selo tahun Je dan selesai hari Jumat tanggal 15 April 1988 M, atau tanggal 27 Sya’ban 1408 H atau tanggal 27 Ruwah 1920 Be, yang peresmiannya dilakukan oleh H. Zahid Hussein. Dan setelah pemugaran tersebut ditaksir masjid dapat menampung 3000 orang
Mimbar Antik di Masjid Agung Baiturrahman Ngawi |
Dalam pemugaran tersebut menelan beaya Rp 360.000.000,- (tiga ratus enam puluh juta rupiah) yang berasal dari Swadaya Masyarakat sebesar Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan bantuan Presiden Rp 160.000.000,- (seratus enam puluh juta rupiah). Dan terahir kalinya, Masjid ini mengalami pembangunan kembali pada tahun 2007 s/d 2009 dan dibangun menjadi bentuk yang sekarang ini, dan kemudian diresmikan pemakaiannya oleh Gubernur Jawa Timur H. Sukarwo pada 26 Oktober 2010.
Dalam kaitannya dengan Perjuangan Bangsa dan Umat Islam Masjid Agung Baitur Rahman pernah berfungsi sebagai tempat penampungan dan perlindungan tokoh-tokoh umat Islam dari keganasan PKI pada waktu terjadinya Pemberontakan PKI akhir bulan September – awal bulan Oktober 1948.***
Comments
Post a Comment