Masjid Tegalsari, Cikal Bakal Islam di Ponorogo

Masjid Tegalsari di latar belakang, di bagian depan foto adalah gerbang menuju makam Kyai Muhammad Besari, disebelah barat masjid.

Masjid Tegalsari atau Masjid Kyai Muhammad Besari adalah salah satu obyek wisata religi di Kabupaten Ponorogo, terletak di RT. 01, RW. 01, Dukuh Gendol, Desa Tegalsari Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Tepatnya,  terletak 10 km arah tenggara dari pusat kota  (Searah dengan jalur Pondok Pesantren Walisongo, Desa Ngabar, Kecamatan Siman dan Al-Mawadah, Desa Coper, Kecamatan Jetis).

Konon, masjid ini dipercaya sebagai masjid cikal bakal penyebaran Agama Islam di Bumi Reyog, Ponorogo, dan pernah dikunjungi mantan Presiden RI HM. Soeharto dan KH. Abdurahman Wachid. Masjid Tegalsari selesai dipugar dan diresmikan oleh Presiden RI Ke 2 HM. Soeharto pada 2 Maret 1978.

Masjid Tegalsari / Masjid Kyai Muhammad Besari
RT. 01, RW. 01, Dukuh Gendol, Desa Tegalsari
Kec. Jetis, Kab. Ponorogo, Jawa Timur


Masjid Tegalsari merupakan bagian dari cagar budaya di Kabupaten Ponorogo merupakan peninggalan Kyai Ageng Muhammad Besari di sekitar tahun 1760, beliau adalah seorang ulama’ yang konon merupakan keturunan ke sebelas Nabi Muhammad SAW. Banyak kyai yang tumbuh dan berkembang dari keturunan ini baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Seorang Pujangga Jawa yang masyhur Raden Ngabehi Ronggowarsito alias Bagus Burhan,  tokoh Pergerakan Nasional H.O.S. Cokroaminoto,  Paku Buwana II atau Sunan Kumbul, penguasa Kerajaan Kartasura, adalah deretan Alumni Pondok Tegalsari.

Warisan Unik di Masjid Tegalsari

Beberapa keunikan Masjid Jami Kyai Muhammad Besari  antara lain adalah Kubah masjid yang terbuat dari tanah liat (sejenis gerabah) yang masih terjaga keasliannya hingga sekarang. Kubah ini menurut cerita pada jaman Belanda pernah di tembak berkali-kali namun tidak rusak sedikitpun.

Komplek masjid Tegalsari dari udara

Terdapat juga payung kebesaran, Batu Tangga peninggalan Kerajaan Majapahit berukuran 1 x 0,6 meter dan Ruang Pertemuan Dalem Njero yang  merupakan tempat peristirahatan Kyai Ageng Muhammad Besari yang berada di seberang jalan. Dalem Njero ini saat ini dimanfaatkan oleh Yayasan Tegalsari sebagai tempat untuk pertemuan rutin kegiatan yayasan.

Arsitektur Masjid Tegalsari

Secara arsitektural, masjid ini memiliki langgam Jawa kuno. Terdiri dari tiga bangunan yang saling berhimpit, berorientasi barat-rimur, bangunan masjid beratap tajug tumpang riga terletak paling barat. Di dalam masjid utama terdapat empat buah saka guru, 12 sakarawa, dan 24 saka pinggir penyangga atap tajug yang dipasang dengan sistem ceblokan.

Terdapat mimbar kayu berukir, yang sebetulnya merupakan replika dari mimbar asli yang telah rusak.  Mihrabnya merupakan sebuah ceruk yang dibingkai kayu ukiran dengan bentuk dan stilirasi dari kalarnakara.

Interior bangunan utama Masjid Tegalsari

Di sebelah rimur masjid terdapat pendopo beratap limasan. Di sebelah timur pendopo terdapat bangunan tambahan beratap kubah metal dengan proporsi sangat pendek. Bangunan tambahan ini termasuk bangunan yang dibuat atas dana bantuan dari Presiden Soeharto.

Bangunan kuno lainnya yang masih terjaga adalah rumah Kyai Ageng Besari, yang berada di depan masjid. Rumah itu dikenali sebagai rumah adat satu-satunya yang masih ada. Karena itulah, pemerintah setempat menetapkan kawasan ini sebagai obyek wisata religi.

Di komplek ini juga terdapat bangunan masjid putri di sebelah kanan masjid utama, juga terdapat tempat tinggal Ronggowarsito semasa jadi santri. Di sisi barat masjid terdapat makam keluarga besar Kyai Ageng Besari, Madrasah  Tsanawiyah dan madrasah Aliyah Ronggowarsito.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Referensi


Baca Juga



Comments

Popular posts from this blog

Masjid Raya Tanjung Pasir

Masjid Namira Lamongan

Menilik Keindahan Sepuluh Masjid Terapung di Indonesia (Bagian 1)